Senin, 14 Juli 2008

Love You Allah SWT


SEBAGIAN orang terdekatku, selalu memasang wajah masam setiap kali aku minta izin untuk berangkat mendaki kepuncak gunung. Kekhawatiran adalah alasan utama. Namun bagiku, izin atau tidak diizinkan, aku selalu coba memahami, betapa kekuasaan Allah swt itu, banyak cara untuk mengenalnya. Alam adalah pembuktian, tentang betapa kerdilnya aku, betapa kerdilnya kita. Love you God...love you Allah SWT.

Dimasa dulu nih, waktu aku masih muda hahahaha, sekarang udah tua dikit...aku selalu menyempatkan diri bersama sahabat-sahabat kuliahku untuk mendaki gunung. Di kota Malang, kalau tidak lagi ada tugas kuliah, tidak terlalu banyak tempat yang bisa jadi bahan percobaan, untuk menenangkan hati yang suntuk.

Terus terang, aku gak terlalu suka mall atau pergi nonton bola ke stadion meski Arema juara Liga Indonesia. Akhirnya, salahsatu tempat yang selalu jadi penenangku adalah Puncak Panderman. Tidak terlalu tinggi kalau dibandingkan gunung Bromo. Namun membutuhkan mental juga untuk sampai ke puncaknya.

Satu hal yang aku suka dari puncak Panderman adalah, menatap matahari terbit dengan malu-malu dari balik awan putih. Aku seperti berada di tengah lautan awan tiada bertepi. Menatap keagungan tuhan, luarbiasa rasanya. Lebih lezat dari es krim dan lebih mengenyangkan dari sepiring soto ayam hehehehe..

Mendaki Panderman, aku belajar menyabari rasa takut, meski teramat takut untuk tetap sabar. Awalnya dulu, waktu pertama datang ke kota Malang, aku hanya menatap puncak Panderman dari lantai dua rumah umi ku. Ada panggilan setiap kali aku menatap puncaknya.

Dan pada pendakian pertama, aku harus merasakan perkenalan yang cukup menyakitkan. Meluncur dari ketinggian dan tersangkut diantara rimbunnya hutan dan bebatuan, adalah kengerian yang mengingatkanku akan kematian. Tapi ini bukan alasan untuk aku jera. Selalu ada pendakian berikutnya, berikutnya dan berikutnya.

Tak pernah ada kata jera, yang ada selalu rasa rindu. kekosongan itu akan terisi dengan sendirinya. Segala keluhku langsung terhapus. Segala resahku lumer membias hilang. Segala kemunafikan hidup, pupus musnah entah kemana. Itulah hebatnya alam, ketika dia memanjakanku dengan segala puja-puji padaNYA.

Aku adalah aku ketika berada disebuah puncak keinginan yang penuh dengan tantangan. Aku adalah aku dengan segala bebasnya. Aku adalah aku dengan segala kekagumanku.Dalam gelap meraba, ditemani bulan yang kadang muncul dengan penuh angkuh, aku tetap berjalan. Dan percaya dengan sahabat, adalah hal terbaik yang pernah singgah dalam pengalamanku. Gelap bagi kami adalah kesadaran, bahwa dunia ini tak selamanya penuh cahaya.

Aku selalu merindukan dinginnya malam di atas puncak, menatap kerlap kerlip lampu kota Malang yang terlihat seperti setitik cahaya. Aku rindu berteriak dengan segala keluh kesahku. Aku rindu bertasbih diatas puncak, untuk mengingat semua dosa yang pernah aku lakukan. Betapa rindunya aku padamu ya rabbi...Alam adalah caraku mengenalMU, untuk semua khilaf dan dosaku. Love you Allah swt...

0 komentar: