Kamis, 19 Maret 2009

Persahabatan...



Persahabatan ini..
tiadalah dapat diungkap dengan seindah bicara
bukan pula bersumber dari gelak tawa
tidak pula dihiasi dan diperlihatkan dengan air mata

persahabatan ini
mungkin semudah dan seremeh anggapanmu
namun persahabatan ini tetap menjadi keagungan buatku
umpama komplikasi suatu ruang
ibarat merasakan kesempitan
didalam dinding-dinding tak bertepi

persahabatan ini tidak lahir karena toleransimu
tapi dia hadir dari setitik rasa kasih dan butuh
dilarut dalam satu memori takdir....pertemuan!!!
sungguh.......If You Want To Know...
Persahabatan ini tidak perlu sebarang ungkapan


seorang sahabat adalah hadiah dariNYA buat kita. Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.
Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam, saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita menyayangi dia dan dia menyayangi kita.
Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya.

Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, amarah, dll. Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua BUKAN-lah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.

Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka atau mereka "takut air" mereka akan bilang bahwa mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll. Itulah cara mereka mempertahankan diri.
Mereka akan bilang:
"Menari itu tidak menarik"
"Tidak ada yang cocok denganku"
"Teman-temanku sudah lulus semua"
"Aku ini buruk siapa yang bakal tahan denganku"
"Kisah hidupku membosankan"
Mereka tidak akan bilang:
"Aku tidak bisa menari"
"Aku membutuhkan kamu denganku"
"Aku kesepian"
"Aku butuh diterima"
"Aku ingin didengarkan"
Sungguh, siapapun itu...Sahabat adalah hadiah buat kita entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan. Hanya ketika kita bertemu jiwa dengan jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkanNya buat kita.

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan,didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan pelukan, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain,tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Akhirnya kini aku sadar ...
persahabatan tak bisa dibeli dgn rasa egois
persahabatan tak bisa dinilai oleh waktu yg sempit
persahabatan tak akan ternoda oleh kemarahan sesaat
persahabatan tak akan terusik oleh perasaan yang semu

Untuk itu
selalu ada hibaan maafku, memohon kearifanmu
karena dirimu adalah air yang memadamkan amarahku
butuh waktu yang lebih banyak lagi untuk saling mengerti,
dan semoga persahabatan kita abadi selamanya, amin.

Baca Selengkapnya->

Senin, 09 Maret 2009

Liburan Euy....


Kerjaaaaaa! Kerjaaaaa! Kerjaaaaaa! Kalo dipikir-pikir nih..kerjaan gak akan pernah ada habisnya. So, begitu ada tawaran liburan dari kantor bareng sohabat and sohabati di kantua alias office...Gak nolak dong. Gratisss..tiss...tisss...dapat uang jalan pula. Uenakk Tenan...Terngiang-ngiang lagu ''Kampuang Maimbau'' hehehehe...Sumatera Barat..We are Cominggggggg....
Pantai Padang..adalah kunjungan pertama begitu Kru Pekanbaru Pos (Riaupos Group) menjejakkan langkah di ibukota Sumatera Barat ini. Ck..Ck..Ck...Udah bertahun-tahun gak pulang kampung, tetap sajo rancak pantai ko di caliak...

Foto diatas bareng kru dapur redaksi T.O.P B.G.T alias Top buanget Pekanbaru Pos. Kak Zakia (sweater putih..orangnya sih gak putih-putih amat, tapi hatinya putih kok, udah pernah dibedah), Kak Ifit (Jaket belang. Kalau senyum memang manis macam jambu, tapi kalau lagi marah jangan dekat-dekat, mendadak bisa tumbuh belang beneran seperti harimau hehehe), Zulhijman (Topi and lagi nunjuk ke langit. Sarjana hukum ini memang kecil wak, tapi jangan salah, budak Siak satu ni punya sesuatu yang besar yang disembunyikannya. Ehm....mencurigakan), Mas ucil ( Baju merah. Susah membedakan yang mana hitamnya kopi sama hitam kulitnya, and yang terakhir ya mahluk termanis and tercantik sedunia bul-bul...Gue Gitu Loooohh...

Naik kereta api..tuut..tuut...tuut....(Ups, bukan kentut tapi suara tut..tut..kereta api hehehe). Kak Fitri serius banget...Sepertinya pengalaman pertama kali naik kereta api ye kak:)

Hip..Hip..Horay...Swimming...Swimming...Eh,oleh MUI..Bisa kena undang-undang Pornografi gak ya ni foto???

Jepret..Jepret..!!..Jadi korban Paparazzi nih abis mandi hehehehe...Buat bang Widi...Trims jepretannya ya...kapan-kapan sebelum motret, kasi-kasi kabar dulu ya...BIar gaya siket...maklumlah, macam ni kami mantan fotomodel juge dulu. Waktu masih jaya-jayanya dengan Ratna budak Semarang yang pergi nikah diam-diam ke pulau seberang tu hehehehe...(ni foto ama Kak Zakia)

Minggirrrr..minggiirrrrr....Budak Siak Nak Terjuuuuuuuuuunnnnnnn....(Naik tinggi-tinggi sama kak Za..eh turun sendirian. Kak Za tak berani, takut katenye...)

Ni lah susahnya jadi orang cantik...kemana-mana selalu dikejar penggemar. Pulang mandi pun ada yang minta foto..hehehehe..Redaktur Pelaksana Bang Arif dan Layout Bang Iwan...Serasa tak Pede berdiri dekat Afni katenye...hehehe...

Baca Selengkapnya->

Sabtu, 21 Februari 2009

Dia Tak Pernah Pergi...Yakinlah

Beberapa hari ini, aku seperti mati suri. Merasakan ketakutan akan kehilangan kesempurnaan yang dengan susah payah aku dapatkan. Apa karena sedikit perubahan, aku harus terima kenyataan, kembali merasakan kehilangan. Tidak!!! Aku tidak boleh bersedih hati...karena dia tak akan pernah pergi. Hanya butuh sedikit keyakinan. Bahwa perlu waktu untuk saling intropeksi diri.
Mengambil rambut ditepung, kenapa tepung yang harus dioyak. Bukankah rambut bisa diambil dengan perlahan, dengan pelan. Dan aku dengan segala keegoisanku, dengan sifat kekanak-kanakanku, telah melakukan kesalahan fatal. Untuk diriku sendiri dan terlebih untuk selembar hatiku ini. Aku telah mengoyak tumpukan tepung yang ada. Hanya karena ketakutan yang luarbiasa, akan kehilangan hal terindah untuk kesekian kalinya.Padahal andai ku yakin..dia tak akan pergi kemana-mana.
Keegoisannya pasti ada akhir. Hanya butuh waktu untuk dirinya mengerti dan memahami.
Maka dari itu semua...ampunilah aku..maafkanlah semua salah dan khilafku. Dan berdamailah dengan sifat kasarku. Semoga ada jalan untuk kita bersama-sama kembali pulang...

*Sebuah Renungan

Wajah ayumu, bibir mungilmu, halus kulitmu, eksotisme lekuk tubuhmu (yang semuanya kukagumi diam-diam), semuanya akan menjadi semu bagai debu. Andai saja mereka mengerti dan mau tahu (seperti yang aku pelajari), betapa rapuh satu-satunya hati yang kamu miliki. Berdarah disetiap luka yang menganga. Tangismu tidak lagi mengeluarkan airmata, tapi pekikan kesunyian, kerinduan, haus kehangatan, menanti perhatian, egoisme yang terbalut rapi. Sendiri. Menegarkan diri.
Kelak...semoga dirimu sadar sendiri. Tanah atau api yang kau pijak. Racun atau madu yang kau teguk. Tak akan bisa mengelak, saat jiwamu dan selembar hati rapuhmu, tercabik terkoyak. Berdarah. Menanah. Pasrah.
Aku hanyalah jiwa yang tak berharga dimatamu. Namun aku adalah aku yang dalam diam selalu menjagamu. Semampuku.

* Keputusan

Membencimu, tidak perlu alasan. Bagai bom waktu, sikapmu, caramu memperlakukanku, tutur bahasamu, caramu yang menyakitiku. Sungguh tak perlu banyak waktu, dalam sedetik kupunya alasan meninggalkanmu.

Tapi aku bukan begitu. Bukan orang yang ingin dihormati. Bukan pula manusia yang gila dihargai. Aku sadar diri dan hanya butuh pemahamanmu saja.''Bahwa masih ada jiwa yang menyayangimu apa adanya''.

Kini, sudah kuputuskan. Kudamaikan hatiku yang bergemuruh. Resah. Keruh.
Jika kamu mau berlalu dari hadapanku. Silahkan saja semaumu. Jika kau mau pergi jauhkan auramu, silahkan saja sesuka hatimu itu. Tak akan ada airmata kebodohan yang akan aku keluarkan lagi. Karna bagiku. Kamu bukan hanya untuk hari ini. Masih ada besok, lusa dan seterusnya.

Jika aku hanya dicari saat amarahmu itu tumpah. Mungkin itulah takdirku mengikuti setiap jejak langkah. Tidak ada yang sia-sia diciptakan tuhan. Tidak pula takdir kita kali ini untuk dipertemukan.

* Intropeksi

aku menemukanmu
diantara detik-detik gugur
dan aku meraihmu
ketika tubuhku lebur hancur

air mataku, air mata waktu
tak tahu kenapa derai
tiap kali resah ini kau belai

DAMAI, kini aku tahu
BUKANLAH KETIKA KITA TERTAWA
MELAINKAN KETIKA KITA BERJUMPA

perlu kerelaan
membaca ulang rumah cahaya
agar tak sesat
melangkah ke jalan pulang

aku memilih berdamai dengan mu
menutup rapat pintu amarah
menanti dalam rindu
memutus jarak, mengoyak pilu

didadaku, aku rindu airmataku
airmata rindu sungai madu
aku ingin sepertimu
dapat menangis sungguh-sungguh

wahai...pembunuh sikap angkuhku!
keluarlah kau sebagai matahari
yang tak peduli datang petang
agar senyummu yang terpandang
dapat terus untuk kukenang

tak butuh peduli itu lagi
terbanglah bersama sayap tinggi
hati kecilku sudah tersadar
menaklukkanmu, butuh secuil sabar

With My Heart
''Special Moment Of Friendship''
To My Lovely Sister

Baca Selengkapnya->

Rabu, 18 Februari 2009

Yang datang dan yang pergi dalam hidupku

Ini bukan bercerita tentang penyesalan, tapi tentang kebahagiaan yang belum sempurna. Meski dalam setiap detik pertemuan, adalah kesempurnaan yang tidak tergantikan nilainya.

Yang datang dan yang pergi dalam hidupku, dalam sekejap bisa saja terjadi. Namun hati tidak akan pernah berubah. Dan tidak dengan mudah diisi dengan kisah yang lain.
Tetap selalu saja ada bangga bila menyatu dan bersama. Hidup adalah kenyataan bukan hanya pilihan. Dan saat ini aku dihadapi dengan kenyataan, bahwa aku bukanlah pemain inti dalam setiap kisah indah yang aku temui.
Keindahan yang tidak bisa terungkapkan dengan kata-kata. Tak pernah ada penyesalan selain menyesal tak bisa menjadi yang sempurna. Terlalu mendramatisir perasaan mungkin suatu kesalahan. Tapi aku akan belajar dari setiap detail kesalahan ini. Bersiap-siap jika suatu hari nanti, aku memang menemukan bagian yang pergi dari kisah hidupku.
Mengangkatku dengan lembut dari keterpurukan kisah kelam masa lalu. Mensejajarkan ku tanpa pernah menghakimi. Menyanjungku dengan kejutan yang luar biasa, adalah sinaran baru dalam kisah yang tak pernah ada akhirnya. Aku boleh menepuk dada, berbangga hati pernah mendapatkan yang datang. Namun aku juga harus siap berdiri di persimpangan hati, bila suatu hari nanti, mungkin saja hari ini, untuk mengantar yang akan segera pergi. Dengan tulus tanpa boleh ada air mata meski hati memekik menyatakan tak rela!

Tak akan pernah hilang setiap detail kisah itu...tidak akan pernah...
Boleh datang dan pergi sesuka hati
Silahkan saja namun lagunya akan tetap sama..sepanjang masa...
Dramatisasi hidup yang tak pernah berakhir

Baca Selengkapnya->

Rabu, 04 Februari 2009

Hidup Hanya Sekali…Hargailah!


Aku jarang bisa memiliki waktu luang menulis untuk intropeksi diriku sendiri. Mungkin karena kesibukan kerja, kuliah dan kesibukan yang kucari-cari sendiri. Kadang setelah berlalunya waktu, terselip sedikit rasa sesal dan kesal: mengapa hari ini berlalu biasa-biasa saja. Padahal hidup hanya sekali dan aku tidak menghargai hadiah yang diberikan tuhan kepadaku setiap hari.
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Setiap manusia pasti pernah berbuat jahat. Tapi sebaik-baiknya manusia yang pernah buat salah dan berbuat jahat, adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kejahatannya. Aku tidak mau diumpamakan keledai, yang akan jatuh pada lubang yang sama, untuk kesekian kalinya.

Karena itu, aku selalu cari-cari kebodohan apa yang sudah aku buat hari ini. Meminta ampun pada tuhan dalam setiap sujud yang masih mampu aku lakukan. Sambil menyesali dan kadang menangisi, betapa bodohnya aku, betapa cerobohnya aku, betapa tidak tahu malu-nya aku. Hidup hanya sekali dan aku terlalu sombong bisa meyakini, bahwa aku akan hidup lagi esok hari.
Aku mengenal tentang pahala dan dosa sedari kecil, tapi aku menyia-nyiakan usia hingga umur ku beranjak menuju tua. Suatu ketika, ada moment dimana aku mendengarkan bait kata-kata dari seseorang yang tidak kukenal, yang seolah menampar mukaku berkali-kali tanpa ampun. Aku pun tersadar…Ya Allah…apa yang sudah aku lewatkan dalam hidup yang hanya sekali ini?!?

Dikatakan, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah diberikan umur yang panjang dan umur yang bermanfaat. Ada empat golongan manusia yang hidup didunia ini:

Golongan pertama: Mereka diberikan Ilmu yang luas dan Hidup yang bermanfaat. Golongan pertama ini sebaik-baiknya manusia. Karena dengan ilmu yang dikaruniai Allah swt padanya, mereka memiliki keimanan. Digunakannya untuk melakukan Amal Makruf Nahi Mungkar. Dengan kelimpahan rezeki yang dikaruniai Allah swt padanya, dinafkahinya anak yatim, di jaganya fakir miskin. Disisihkannya harta yang dikarunia Allah swt sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sungguh, merekalah orang-orang yang beruntung.(Aku iri…sering aku jumpai orang-orang yang diberkahi Allah swt seperti golongan yang pertama ini)

Golongan kedua: Mereka diberikan Ilmu tapi tidak diberikan Harta. Mereka ini memiliki keyakinan bahwa Allah swt adalah pemilik seisi alam. Mereka memiliki keyakinan bahwa hidup, mati, rezeki dan jodoh tiap manusia sudah ada yang mengatur. Mereka percaya dan beriman, tapi mereka tidak dikaruniai harta yang berlimpah, tidak hidup nyaman dan berkecukupan. Namun demikian mereka selalu tenang dengan rasa syukur terhadap rezeki dan takdir Allah swt.

Golongan Ketiga: Mereka diberikan Harta tapi tidak diberikan Ilmu. Mereka ini memiliki kekayaan, tapi kekayaan itu dihimpun dari hidup menipu, memakan harta yang tidak halal, mengumpulkan harta dari jalan yang tidak di ridhoi Allah swt. Dengan harta yang mereka miliki, mereka sombong, mereka kufurkan karunia Allah swt bahkan cenderung menyombongkan diri. Mereka inilah, yang hidup dalam kemewahan dunia, tapi jiwa mereka merasakan kekosongan. Kosong karena tidak memiliki pegangan dalam hidupnya. Mereka yang tidak memiliki keimanan didalam hatinya, akan selalu mencari-cari siapa tuhannya. Semua emas berlian dunia bisa mereka dapatkan untuk kesenangan dan menyenangkan diri mereka. Tapi untuk akhirat, mereka tidak punya keyakinan.

Golongan Keempat: Mereka tidak diberikan harta, tidak pula diberikan ilmu. Hidup melarat di dunia, tidak punya agama, tidak punya tuhan dan tidak juga punya segenggam beras untuk sekedar makan sehari dan esok hari. Inilah orang-orang yang benar-benar merugi.(Naudzubillahi min Dzalik…jangan sampai kita termasuk orang-orang seperti ini).

Dari empat ini, aku bertanya-tanya, dimanakah letak takdirku? Dimana pula letak langkahku? Aku menuju kepadamu ya Allah swt…maka terangilah jalanku dan beri aku keimanan dan kesabaran membuka hati mencintaimu dengan tulus dan penuh kerinduan. Maka jangan pernah tinggalkan aku sedetikpun, saat aku berada di kegelapan. Maka jangan pernah acuhkan aku, saat aku berada dalam kebimbangan. Menuju dan mencari Ridhomu…itu aku, saat ini dan semoga esok hari, esok harinya lagi, dan lagi dan lagi….***

Keterangan foto:
Jika ada waktu luang ditengah kesibukan, aku selalu meluangkan waktu bercumbu dengan mahakarya Allah swt. Air, Tanah, Udara dan Laut. Sungai, Danau, Pantai dan Gunung. Yang menenangkan dan menyenangkan adalah kunjungan utamaku.
Bila semuanya tak bisa aku dapatkan, maka berada didepan laptop ditemani dengan segelas kopi, menjadi rutinitasku. Kamar kos adalah tempat favoritku. Kamar yang memberiku inspirasi, dalam kesendirianku selama ini.
Bila tetap tak tenang juga, ku ambil selimut hijau hadiah ultah dari sahabatku dan ku pejamkan mata sambil ucapkan syukur kepada Allah swt atas segala nikmatnya hari ini…selanjutnya tidur!

Baca Selengkapnya->

Jumat, 30 Januari 2009

Jangan Ramai!!!


Pernah aku ditanya, mau ke mall atau pergi ketengah hutan belantara??? Aku tak perlu memikirkan jawabannya dalam hitungan menit, karena dalam hitungan detik saja aku sudah bisa tentukan pilihan: Jangan suguhkan aku keramaian!!!

Meleburkan diri bersama alam, aku seperti terhakimi dari semua kesombongan. Terfekur dan tersadar betapa banyak salah dan dosa yang telah aku lakukan. Dengan merenungkan dan menjauhkan diri dari keramaian, aku lebih merasa tenang. Menyelami apa yang selama ini telah aku sia-sia kan dalam hidup yang hanya sekali...
Allah swt. berfirman, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” [QS. Al-Hijr (15): 19-20]
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman.” [QS. Asy-Syu'ara (26): 7-8]

Aku dibuat kerdil oleh bentangan Alam..dan aku selalu rindu merasa kerdil didepan tuhan. Agar aku tidak menjadi orang yang sombong...
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [QS. Al-Mulk (67): 15]

Aku mencintai bentangan alam ciptaan Allah swt...karna aku sadar ada maksud Allah swt menciptakan aku untuk bersahabat dengan maha karyanya ini...
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmatan lil’alamiin” [QS. Al-Anbiya (21): 107].

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” [QS. Ar-Rum (30): 41-42].

YA ALLAH...AKU MOHON DENGAN SANGAT...JADIKAN AKU SELALU RINDU KEPADAMU...

Baca Selengkapnya->

Minggu, 11 Januari 2009

Betapa Cemburunya Aku Padamu…



Hari ini, aku buat berita kriminal dengan kronolis kejadian seperti ini:

Wati (30) seorang pedagang buah keliling di Pekanbaru, terpaksa harus menggadaikan STNK sepeda motor milik Linda (34), tetangganya. Wati menggadaikan STNK tanpa sepengetahuan Linda sebesar Rp 100 ribu. Wati terpaksa nekat menggadaikan barang yang bukan haknya itu, untuk biaya berobat anaknya yang sedang sakit demam.
Sudah tiga hari, putra kesayangan Wati yang baru berumur tiga tahun, terbaring lemah di rumah kontrakan mereka yang masih nunggak dua bulan. Akibat perbuatannya ini, Linda melaporkan Wati ke polisi. Wati pun di gelandang polisi dengan jeratan pasal 372 KUHP yang mengatur tentang pidana penggelapan, ancaman kurungan empat tahun penjara.
Demi Rp 100 ribu untuk biaya berobat anaknya, Wati kini berstatus tersangka.’’Saya benar-benar tak punya uang, untuk bawa anak saya berobat,’’ ujar Wati dengan suara pelan saat ditemui di ruang tahanan tak beralas sehelai tikar.
Ya Allah..betapa durhakanya aku padamu. Betapa aku sangat kufur terhadap berjuta nikmat yang telah engkau berikan kepadaku. Setiap hari, aku yang menghitung lembaran rupiah yang terus menipis, mengapa aku justru menyalahkanmu tidak adil. Saat ku melewati rumah mewah orang-orang kaya, mengapa aku selalu menyalahkanmu tidak sayang padaku.
Demi Rp 100 ribu, aku memang tidak seperti Wati yang harus membayarnya dengan mendekam di penjara. Tapi demi Rp 100 ribu, aku pernah menuduhmu tidak memperdulikanku, aku membencimu, aku menganggap engkau pilih kasih, aku meragukan keagunganmu, aku menangis untuk engkau yang tidak aku yakini. Betapa durhakanya aku…hingga lupa berjuta nikmat yang telah engkau persembahkan kepadaku. Tiap hari, tiap waktu, tiap detik hidupku…

''Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri.'' (QS An Naml [27]: 40). Tidaklah Allah SWT akan berkurang kemuliaan-Nya hanya karena penduduk bumi ini tidak bersyukur kepada-Nya. Tidak pula akan bertambah tinggi kemuliaan-Nya karena seluruh penduduk bumi ini bersyukur kepada-Nya. Kemuliaan Allah SWT tidak bergantung kepada kita hamba-Nya yang lemah.

''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS An Nahl [16]: 18).

Ya Allah..
Andai tangan ini tidak berjari, bagaimana aku bisa bekerja demi mengganjal perut dari rasa lapar. Bagaimana aku bisa bertemu dengan orang-orang yang menatap tanganku. Bagaimana aku menyuapkan nasi. Bagaimana aku merasakan panasnya air yang akan diminum. Baru dari secuil jari, betapa kufurnya aku terhadap engkau ya rabbi…
Tak ada lagi malam dengan bersujud kepadamu, mengapa aku begitu marahnya padamu. Tak ada lagi doa yang khusyuk berurai air mata, mengapa aku begitu cemburunya terhadap kasih sayangmu. Harusnya aku ikhlas mengantri dikasihi. Harusnya aku rela menanti disayangi. Karena engkaulah sang maha pengasih dan penyayang. Tak akan habis kasihmu itu dan tak akan terkikis sayangmu itu. Mengapa aku tiba-tiba menjadi umatmu yang kufur nikmat???

Kemarin-kemarin, aku berada di kondisi yang sulit. Lahir batin seolah tak punya lagi semangat hidup. Engkau tuntun lagi aku pulang. Engkau arahkan jalan yang benar kepadaku. Engkau nyenyak-kan tidurku. Engkau biaskan noda dan dosa yang aku punya. Engkau sejajarkan kehormatan ku dengan orang-orang yang engkau berkahi. Tapi kenapa dengan aku yang menggangapmu menduakan aku? Kenapa dengan aku yang tak pernah berterimakasih padamu? Ya Rabbi…betapa kufur nikmatnya aku.

Hari ini..terbuka mata hatiku. Seiring dengan itu, luluh pula angkuh ku. Takluk aku pada kebesaranmu. Berdesir hatiku pada perlindunganmu. Betapa dalam langkah dan setiap keputusanku. Engkau selalu ada ya rabbi…Selalu ada.

Maka ku mohon, kuatkanlah aku yang selalu mendurhakan diri. Maafkan aku yang terkadang tak tahu diri. Sungguh betapa aku mencintaimu ya Allah swt…dan betapa cemburunya aku pada kasih sayangmu. Aku cemburu…sangat cemburu…***

Baca Selengkapnya->