Sabtu, 21 Februari 2009

Dia Tak Pernah Pergi...Yakinlah

Beberapa hari ini, aku seperti mati suri. Merasakan ketakutan akan kehilangan kesempurnaan yang dengan susah payah aku dapatkan. Apa karena sedikit perubahan, aku harus terima kenyataan, kembali merasakan kehilangan. Tidak!!! Aku tidak boleh bersedih hati...karena dia tak akan pernah pergi. Hanya butuh sedikit keyakinan. Bahwa perlu waktu untuk saling intropeksi diri.
Mengambil rambut ditepung, kenapa tepung yang harus dioyak. Bukankah rambut bisa diambil dengan perlahan, dengan pelan. Dan aku dengan segala keegoisanku, dengan sifat kekanak-kanakanku, telah melakukan kesalahan fatal. Untuk diriku sendiri dan terlebih untuk selembar hatiku ini. Aku telah mengoyak tumpukan tepung yang ada. Hanya karena ketakutan yang luarbiasa, akan kehilangan hal terindah untuk kesekian kalinya.Padahal andai ku yakin..dia tak akan pergi kemana-mana.
Keegoisannya pasti ada akhir. Hanya butuh waktu untuk dirinya mengerti dan memahami.
Maka dari itu semua...ampunilah aku..maafkanlah semua salah dan khilafku. Dan berdamailah dengan sifat kasarku. Semoga ada jalan untuk kita bersama-sama kembali pulang...

*Sebuah Renungan

Wajah ayumu, bibir mungilmu, halus kulitmu, eksotisme lekuk tubuhmu (yang semuanya kukagumi diam-diam), semuanya akan menjadi semu bagai debu. Andai saja mereka mengerti dan mau tahu (seperti yang aku pelajari), betapa rapuh satu-satunya hati yang kamu miliki. Berdarah disetiap luka yang menganga. Tangismu tidak lagi mengeluarkan airmata, tapi pekikan kesunyian, kerinduan, haus kehangatan, menanti perhatian, egoisme yang terbalut rapi. Sendiri. Menegarkan diri.
Kelak...semoga dirimu sadar sendiri. Tanah atau api yang kau pijak. Racun atau madu yang kau teguk. Tak akan bisa mengelak, saat jiwamu dan selembar hati rapuhmu, tercabik terkoyak. Berdarah. Menanah. Pasrah.
Aku hanyalah jiwa yang tak berharga dimatamu. Namun aku adalah aku yang dalam diam selalu menjagamu. Semampuku.

* Keputusan

Membencimu, tidak perlu alasan. Bagai bom waktu, sikapmu, caramu memperlakukanku, tutur bahasamu, caramu yang menyakitiku. Sungguh tak perlu banyak waktu, dalam sedetik kupunya alasan meninggalkanmu.

Tapi aku bukan begitu. Bukan orang yang ingin dihormati. Bukan pula manusia yang gila dihargai. Aku sadar diri dan hanya butuh pemahamanmu saja.''Bahwa masih ada jiwa yang menyayangimu apa adanya''.

Kini, sudah kuputuskan. Kudamaikan hatiku yang bergemuruh. Resah. Keruh.
Jika kamu mau berlalu dari hadapanku. Silahkan saja semaumu. Jika kau mau pergi jauhkan auramu, silahkan saja sesuka hatimu itu. Tak akan ada airmata kebodohan yang akan aku keluarkan lagi. Karna bagiku. Kamu bukan hanya untuk hari ini. Masih ada besok, lusa dan seterusnya.

Jika aku hanya dicari saat amarahmu itu tumpah. Mungkin itulah takdirku mengikuti setiap jejak langkah. Tidak ada yang sia-sia diciptakan tuhan. Tidak pula takdir kita kali ini untuk dipertemukan.

* Intropeksi

aku menemukanmu
diantara detik-detik gugur
dan aku meraihmu
ketika tubuhku lebur hancur

air mataku, air mata waktu
tak tahu kenapa derai
tiap kali resah ini kau belai

DAMAI, kini aku tahu
BUKANLAH KETIKA KITA TERTAWA
MELAINKAN KETIKA KITA BERJUMPA

perlu kerelaan
membaca ulang rumah cahaya
agar tak sesat
melangkah ke jalan pulang

aku memilih berdamai dengan mu
menutup rapat pintu amarah
menanti dalam rindu
memutus jarak, mengoyak pilu

didadaku, aku rindu airmataku
airmata rindu sungai madu
aku ingin sepertimu
dapat menangis sungguh-sungguh

wahai...pembunuh sikap angkuhku!
keluarlah kau sebagai matahari
yang tak peduli datang petang
agar senyummu yang terpandang
dapat terus untuk kukenang

tak butuh peduli itu lagi
terbanglah bersama sayap tinggi
hati kecilku sudah tersadar
menaklukkanmu, butuh secuil sabar

With My Heart
''Special Moment Of Friendship''
To My Lovely Sister

Baca Selengkapnya->

Rabu, 18 Februari 2009

Yang datang dan yang pergi dalam hidupku

Ini bukan bercerita tentang penyesalan, tapi tentang kebahagiaan yang belum sempurna. Meski dalam setiap detik pertemuan, adalah kesempurnaan yang tidak tergantikan nilainya.

Yang datang dan yang pergi dalam hidupku, dalam sekejap bisa saja terjadi. Namun hati tidak akan pernah berubah. Dan tidak dengan mudah diisi dengan kisah yang lain.
Tetap selalu saja ada bangga bila menyatu dan bersama. Hidup adalah kenyataan bukan hanya pilihan. Dan saat ini aku dihadapi dengan kenyataan, bahwa aku bukanlah pemain inti dalam setiap kisah indah yang aku temui.
Keindahan yang tidak bisa terungkapkan dengan kata-kata. Tak pernah ada penyesalan selain menyesal tak bisa menjadi yang sempurna. Terlalu mendramatisir perasaan mungkin suatu kesalahan. Tapi aku akan belajar dari setiap detail kesalahan ini. Bersiap-siap jika suatu hari nanti, aku memang menemukan bagian yang pergi dari kisah hidupku.
Mengangkatku dengan lembut dari keterpurukan kisah kelam masa lalu. Mensejajarkan ku tanpa pernah menghakimi. Menyanjungku dengan kejutan yang luar biasa, adalah sinaran baru dalam kisah yang tak pernah ada akhirnya. Aku boleh menepuk dada, berbangga hati pernah mendapatkan yang datang. Namun aku juga harus siap berdiri di persimpangan hati, bila suatu hari nanti, mungkin saja hari ini, untuk mengantar yang akan segera pergi. Dengan tulus tanpa boleh ada air mata meski hati memekik menyatakan tak rela!

Tak akan pernah hilang setiap detail kisah itu...tidak akan pernah...
Boleh datang dan pergi sesuka hati
Silahkan saja namun lagunya akan tetap sama..sepanjang masa...
Dramatisasi hidup yang tak pernah berakhir

Baca Selengkapnya->

Rabu, 04 Februari 2009

Hidup Hanya Sekali…Hargailah!


Aku jarang bisa memiliki waktu luang menulis untuk intropeksi diriku sendiri. Mungkin karena kesibukan kerja, kuliah dan kesibukan yang kucari-cari sendiri. Kadang setelah berlalunya waktu, terselip sedikit rasa sesal dan kesal: mengapa hari ini berlalu biasa-biasa saja. Padahal hidup hanya sekali dan aku tidak menghargai hadiah yang diberikan tuhan kepadaku setiap hari.
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Setiap manusia pasti pernah berbuat jahat. Tapi sebaik-baiknya manusia yang pernah buat salah dan berbuat jahat, adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kejahatannya. Aku tidak mau diumpamakan keledai, yang akan jatuh pada lubang yang sama, untuk kesekian kalinya.

Karena itu, aku selalu cari-cari kebodohan apa yang sudah aku buat hari ini. Meminta ampun pada tuhan dalam setiap sujud yang masih mampu aku lakukan. Sambil menyesali dan kadang menangisi, betapa bodohnya aku, betapa cerobohnya aku, betapa tidak tahu malu-nya aku. Hidup hanya sekali dan aku terlalu sombong bisa meyakini, bahwa aku akan hidup lagi esok hari.
Aku mengenal tentang pahala dan dosa sedari kecil, tapi aku menyia-nyiakan usia hingga umur ku beranjak menuju tua. Suatu ketika, ada moment dimana aku mendengarkan bait kata-kata dari seseorang yang tidak kukenal, yang seolah menampar mukaku berkali-kali tanpa ampun. Aku pun tersadar…Ya Allah…apa yang sudah aku lewatkan dalam hidup yang hanya sekali ini?!?

Dikatakan, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah diberikan umur yang panjang dan umur yang bermanfaat. Ada empat golongan manusia yang hidup didunia ini:

Golongan pertama: Mereka diberikan Ilmu yang luas dan Hidup yang bermanfaat. Golongan pertama ini sebaik-baiknya manusia. Karena dengan ilmu yang dikaruniai Allah swt padanya, mereka memiliki keimanan. Digunakannya untuk melakukan Amal Makruf Nahi Mungkar. Dengan kelimpahan rezeki yang dikaruniai Allah swt padanya, dinafkahinya anak yatim, di jaganya fakir miskin. Disisihkannya harta yang dikarunia Allah swt sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sungguh, merekalah orang-orang yang beruntung.(Aku iri…sering aku jumpai orang-orang yang diberkahi Allah swt seperti golongan yang pertama ini)

Golongan kedua: Mereka diberikan Ilmu tapi tidak diberikan Harta. Mereka ini memiliki keyakinan bahwa Allah swt adalah pemilik seisi alam. Mereka memiliki keyakinan bahwa hidup, mati, rezeki dan jodoh tiap manusia sudah ada yang mengatur. Mereka percaya dan beriman, tapi mereka tidak dikaruniai harta yang berlimpah, tidak hidup nyaman dan berkecukupan. Namun demikian mereka selalu tenang dengan rasa syukur terhadap rezeki dan takdir Allah swt.

Golongan Ketiga: Mereka diberikan Harta tapi tidak diberikan Ilmu. Mereka ini memiliki kekayaan, tapi kekayaan itu dihimpun dari hidup menipu, memakan harta yang tidak halal, mengumpulkan harta dari jalan yang tidak di ridhoi Allah swt. Dengan harta yang mereka miliki, mereka sombong, mereka kufurkan karunia Allah swt bahkan cenderung menyombongkan diri. Mereka inilah, yang hidup dalam kemewahan dunia, tapi jiwa mereka merasakan kekosongan. Kosong karena tidak memiliki pegangan dalam hidupnya. Mereka yang tidak memiliki keimanan didalam hatinya, akan selalu mencari-cari siapa tuhannya. Semua emas berlian dunia bisa mereka dapatkan untuk kesenangan dan menyenangkan diri mereka. Tapi untuk akhirat, mereka tidak punya keyakinan.

Golongan Keempat: Mereka tidak diberikan harta, tidak pula diberikan ilmu. Hidup melarat di dunia, tidak punya agama, tidak punya tuhan dan tidak juga punya segenggam beras untuk sekedar makan sehari dan esok hari. Inilah orang-orang yang benar-benar merugi.(Naudzubillahi min Dzalik…jangan sampai kita termasuk orang-orang seperti ini).

Dari empat ini, aku bertanya-tanya, dimanakah letak takdirku? Dimana pula letak langkahku? Aku menuju kepadamu ya Allah swt…maka terangilah jalanku dan beri aku keimanan dan kesabaran membuka hati mencintaimu dengan tulus dan penuh kerinduan. Maka jangan pernah tinggalkan aku sedetikpun, saat aku berada di kegelapan. Maka jangan pernah acuhkan aku, saat aku berada dalam kebimbangan. Menuju dan mencari Ridhomu…itu aku, saat ini dan semoga esok hari, esok harinya lagi, dan lagi dan lagi….***

Keterangan foto:
Jika ada waktu luang ditengah kesibukan, aku selalu meluangkan waktu bercumbu dengan mahakarya Allah swt. Air, Tanah, Udara dan Laut. Sungai, Danau, Pantai dan Gunung. Yang menenangkan dan menyenangkan adalah kunjungan utamaku.
Bila semuanya tak bisa aku dapatkan, maka berada didepan laptop ditemani dengan segelas kopi, menjadi rutinitasku. Kamar kos adalah tempat favoritku. Kamar yang memberiku inspirasi, dalam kesendirianku selama ini.
Bila tetap tak tenang juga, ku ambil selimut hijau hadiah ultah dari sahabatku dan ku pejamkan mata sambil ucapkan syukur kepada Allah swt atas segala nikmatnya hari ini…selanjutnya tidur!

Baca Selengkapnya->