Kamis, 21 Agustus 2008

Horee..Si Miskin Merajut Mimpi...


Kunanti dengan hati berdegup kencang. Menanti kertas putih itu sampai ditanganku, hatiku makin berdegup kencang. Kubuka pelan, seiring doa, agar tulisan disana tak membuat air mata ayah dan bunda dikampung halaman mengalir sedih. Perlahan kubuka helaian kertas itu…Horeeeee….nilaiku tak mengecewakan. Subhana Allah…Subhana Allah…Alhamdulillah…Si Miskin ini ternyata masih punya nyawa merangkai mimpi…



Melanjutkan kuliah di Strata Dua (S2), mungkin hanya satu dari berjuta impianku. Masih ku ingat jelas, saat kunekat mendaftarkan diri di Universitas Riau (Unri). Waktu itu sebagian gajiku habis dalam sekejap. Tak ada lagi rupiah untuk kukirim ke tangan bunda tercinta.
‘’Kamulah penerus impian keluarga ini nak, lanjutkan…lanjutkan…kami hanya bisa berikan doa,’’ kata Ibuku dari seberang telepon, saat ku kabari aku mendaftar kuliah lagi. Dalam sesak tangisnya yang kudengar tertahan, bundaku yang mulai menua itu, memaafkan aku dengan tulus, tak kirimkan rupiah bulan ini.
Aku terdaftar pada program Pasca Sarjana Ilmu Politik jurusan Manajemen Pemerintahan Daerah, Universitas Riau, tahun ajaran 2007. Dengan uang semester jutaan dan biaya diktat yang mencapai ratusan ribu setiap bulannya, jelas ini langkah nekat mendekati bunuh diri. Aku baru mulai menapak karir, itupun belum pasti terang. Aku masih punya tanggungan tiga adik-adik yang masih harus dibiayai. Aku punya orangtua, yang jauh merasakan hidup surga dunia. Di Pekanbaru, tempatku menapak karir, aku masih ngontrak rumah, kadang telat bayar listrik. Awalnya, aku memang ragu, darimana aku bisa dapat rezeki? Namun sebuah hadist , yang jadi peganganku setelah Al-Quran, mampu merubahku jadi mahluk nekat:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, selain mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Ada yang bilang, dengan usia belum genap 22 tahun, aku terlalu cepat melanjutkan kuliah lagi. Bahkan ada yang bilang, aku terlalu berandai-andai dalam hidup, bisa-bisa justru tenggelam suatu hari nanti. Entahlah, terlalu banyak memang godaan itu, terlalu banyak sindiran dan pandangan sinis. Semua menggoda, terlebih godaan dari kemampuan finansialku sendiri. Tapi apa boleh buat, inilah jalanku. Inilah pilihanku. Inilah takdirku.

Sesungguhnya, kulanjutkan kuliah dengan beberapa pertimbangan: Pertama, aku percaya, Allah swt tidak akan pernah berdusta. Hanya dengan ilmu lah, aku rajut mimpi bisa mengangkat derajat orangtua dan keluarga ku suatu hari kelak, didunia ataupun diakhirat.“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu doa anak yang saleh, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat….”(HR Muslim). Aku bisa beri apa bagi ibu dan ayahku didunia? Mau tak mau, hadist ini aku pegang teguh dalam setiap doa dan usahaku.
Lagipula…bukankah Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah swt sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu. “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah swt juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Allah swt, juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an. “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.” (Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu . “ Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
Dengan semua inilah, aku semangat mendaftarkan diri kuliah lagi. Semangat dan ikhlas pontang panting mencari uang untuk ‘’bernafas’’ dibangku kuliah yang makin mahal. Aku sering menahan lapar dikampus, saat teman-temanku yang rata-rata PNS dan pejabat, asyik duduk di cafĂ© kampus. Aku sering telat bayar uang administrasi kelas, bahkan terlalu sering dibayari oleh teman-teman yang berbaik hati (kalau tidak merasa kasihan, aku tak perduli hehehe yang penting bayar!). AKu bahkan pernah kuliah dengan uang disaku hanya Rp 1.000. Terkadang aku hanya tertawa sendiri, ternyata betapa luasnya rezeki dan pertolongan Allah swt untuk aku…sang pencari ilmu!
Dan alasan ku yang kedua , berani melanjutkan kuliah lagi adalah, agar adik-adikku punya semangat. Aku tak minta mereka meniruku, namun aku berharap mereka mau merajut mimpi yang sama seperti aku.
Keluarga kami terlalu miskin, hingga sekedar bermimpi saja sudah mulai sulit untuk dilakukan. Ibuku yang hanya pedagang kecil, dan papa yang tak bekerja sejak aku dibangku sekolah dasar, sempat menjadi pembunuh impian kami menjadi ‘’orang kaya raya di dunia’’. Namun, dengan keyakinan Allah swt selalu bersama umatnya yang taat, satu persatu impian kami rajut jadi kenyataan. Kami pun mulai memimpikan ‘’Kaya Raya didunia dan kaya raya diakhirat’’.
Aku bersyukur, saat ini dua foto ‘’Sang Sarjana’’ terpampang di dinding kayu rumahku yang mulai reyot. Foto aku dan abangku. Sebuah mimpi bisa kuliah di pulau seberang (Jawa), adalah kemuliaan nyata yang Allah swt berikan bagi para penuntut ilmu sesuai janjinya. Manalah mungkin rasanya, anak seorang pemilik kantin sekolah dikota kecil bernama Siak Sri Indrapura, bisa kuliah di pulau Jawa??? Tapi kami bisa! Dan kini, tidak satupun adik-adikku yang tidak punya mimpi yang sama. Aku bersyukur..Mencari Ilmu menjadi nafas keluargaku.
Dibalik kuasa Allah swt, aku selalu tak berhenti bersyukur. Dengan tangannya yang mulai berkerut, ibuku tak pernah berhenti berusaha dan bekerja. Dengan badan nya yang mulai bungkuk, dan giginya yang mulai rontok, ayahku tak pernah berhenti membantu ibu mengumpulkan rupiah demi rupiah. Bangun pagi usai sholat Subuh, ibu dan papa tak pernah berhenti bekerja. Hingga malam menjelang, dan kantukku tak bisa dilawan, aku masih ingat, papa terkantuk-kantuk memotong ubi kayu untuk dibuat keripik. Ibu dengan wajah lelah masih menggoreng semua bumbu gulai untuk dijual besok.Ya Rabbi…kapan aku bisa mengajak tubuh-tubuh renta itu hidup senang di surga dunia…Semoga dengan Ilmu aku bisa berikan itu…
Lembaran kertas putih itu makin aku genggam erat. Ada tetes air mata yang tak tertahankan. Hanya ada wajah papa dan ibu, yang tersenyum. Terbayang wajah manis menutupi uban-uban dirambut mereka. AKu ingat perkataan ibuku terakhir saat aku pulang ke Siak. ‘’Nak, kalau saja Kamu dan Irfan (Abangku) sudah kerja mapan, ibu dan papa mau istirahat. Agak capek juga badan ini,’’. Sebagai anak, aku bisa beri apa? Sebagai anak aku bisa beri apa? Sebagai anak aku bisa beri apa? Semoga lembaran kertas putih ini, bisa member sedikit senyum dan menghapus lelah diwajah mereka.
IPK 3,50, tertera tulisan diselembar kertas putih itu. Itulah nilaiku pada semester pertama kuliahku di S2, tadi siang baru sampai ditanganku. Berita yang belum sempat ku kabari kekampung halaman, karena Hp ku lagi tak berpulsa, hanyalah secuil kado yang bisa kuberikan pada papa dan ibu bulan ini, bukan rupiah.
Dua nilai A dan dua nilai B, adalah anugerah dari pontang pantingku. Ada dua tangis saat ini. Tangis bahagia, kuliah dan kerjaku bisa berjalan seiring. Lalu ada tangis ketakutan…takut bila semester depan mimpi kedua orangtuaku terpupus musnah, habis! Biaya kuliah yang nilainya dua kali harga motor bututku, darimana bisa aku dapatkan? Aku harus pontang panting lagi..demi mencari Ridho Allah swt, demi mimpi orangtuaku, dan demi menyemangati adik-adikku yang sedang berjuang. Si Miskin ini akan terus berjuang…meski didepan entah godaan apa yang akan datang.

0 komentar: