Senin, 06 September 2010

Gedung Tua dan Gedung Setan

Hari ini, tidak seperti biasanya. Mendadak sepi berita. Kalau sudah begini, bawaannya suntuk aja. Sebenarnya, tidak ada alasan seorang wartawan kehilangan sumber berita. Karena apapun bisa saja diberitakan atau dikerjakan. Hanya saja, mungkin sejak diberitakan Sri Mulyani akan lengser dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan, mendadak merata terjadi krisis berita di kalangan anak ekonomi yang sehari-hari liputan di kantor Kementrian Keuangan.

Mami (sapaan anak Forkem: Forum Wartawan Ekonomi dan Moneter pada Sri Mulyani) mendadak jadi menjauh. Bila biasanya ramah lewat sambil tersenyum ramah di depan pintu loby utama, sekarang si Mami selalu lewat pintu basement yang letaknya diparkiran. Mana betah anak-anak nunggu di sana. Karena letaknya di lantai dasar dekat parkiran, panasnya nauzubillah.

Bukan soal malas nunggunya (karena tugas wartawan adalah menunggu sumber berita), tapi si Mami yang biasanya ramah senyum, sekarang wajahnya selalu manyun. Pengawalannya mengalahkan Presiden Obama datang (maybe). Ketat dan menyeramkan dengan bodyguard, ajudan plus pengawal kepolisian. Mending kalau Mami mau bicara, lihat kamera televisi saja sudah langsung memilih katup bibirnya rapat-rapat. Jadilah anak-anak Forkem selalu gigit jari.

Rekan-rekan Forkem biasanya mengatakan ‘’Daerah jajahan kita sekarang dikuasai anak politik’’. Begitulah kondisinya. Sejak kasus bailout Century yang sebenarnya kasus hukum tapi menjadi bulan-bulanan di kancah politik, nasib wartawan ekonomi di Kemenkeu seperti anak ayam kehilangan induknya . Bila biasanya pertanyaan seputar tax ratio, Product Domestic Bruto, Yield, Growth, swap dollar, year on year economic, kini berputar arah menjadi pertanyaan seputar Sri Mulyani dan semua hal yang terkait politik. Apalagi sejak Mami menyatakan letak jabatan, jadilah daerah kekuasaan yang berada di lantai dasar Kemenkeu, di kuasai hampir seluruh anak-anak TV yang siarannya berulang-ulang kali mengarahkan berita ke nuansa politik. Benar-benar di jajah abis.

Untuk mengobati rasa patah hati putus cinta dengan Mami, biasanya hiburan buat anak-anak Forkem dibayar setiap hari Jumat siang. Menteri Perekonomian Hatta Radjasa mengundang acara temu ramah mingguan. Tiap hari Jumat pula, uang belanja bisa sedikit dihemat. Soalnya Pak Hatta sekalian menjamu wartawan makan-makan. Tapi jangan bayangkan makan mewah ya (semeja dalam satu ruangan dengan Menteri), karena hidangan yang disediakan hanya nasi kotak. Tapi isinya macam-macam.
Menariknya, tiap makan siang dengan Pak Hatta dan jajarannya, nasi kotak ini jadi menu merata semuanya. Jadi mulai dari satpam, wartawan, eselon I sampai Menteri, sama-sama makan nasi kotak. Meski nasi kotak, tetap terasa nikmat. Yang lebih nikmat lagi, setelah makan bisa dapat sumber berita banyak.

Biasanya pada moment pertemuan sekali seminggu ini, anak-anak Forkem kebanjiran catatan. Usai makan, Pak Menko (sebutan untuk Hatta), memberikan waktu wawancara santai sekitar 30-45 menit (kalo lagi baik hati bisa 1 jam). Mau nanya apa saja ya silahkan. Pasti dijawab dengan berbagai ekspresi sambil ketawa ketiwi. Tapi (biasanya) juga nih, anak-anak Forkem pulang dengan wajah sedikit kecewa. Soalnya yang ditanyakan kadang dijawab dengan tema berulang-ulang dan (maaf) susah dicari angle ekonomi yang menarik (orang politik siiiihhhhh).

Letak kantor Menko Ekonomi dan Menteri Keuangan hanya bersebelahan. Terletak di sekitaran jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Dua gedung ini hanya dipisahkan oleh jalan Doktor Wahidin.
Kantor Menko Ekonomi, disebut juga Gedung tua, karena bangunannya dibangun sejak zaman Belanda. Kadang ngeri-ngeri sedap juga melewati gedung ini kalau pulang liputan malam-malam (parkir motor selalu di lingkungan gedung ini). Benar-benar seluruh strukturnya adalah struktur yang dibangun zaman Belanda. Warnanya putih kecoklat-coklatan. Bukan warnanya paduan putih dan coklat, tapi coklat karena sudah cukup umur. Usia gedung tua ini katanya sudah lebih 100 tahun. Dulunya tempat berkantor Gubernur Belanda.

Tapi tempat berkantor Hatta Radjasa ini, sudah dipermak di sana-sini agak lebih modern lagi. Sudah pake lift dan standart hotel. Dulunya, gedung bangunan ini juga menjadi kantor Menteri Keuangan. Di pojok kiri lantai utama, ada Galery Keuangan Indonesia. Disini terletak sejarah keuangan sejak zaman Belanda, zaman Jepang dan zaman pasca kemerdekaan. Semua yang berkaitan dengan sejarah keuangan Republik Indonesia (termasuk sepeda ontel yang dipakai pegawai pajak di zaman Belanda) ada di Galery Keuangan ini. Nah, dipojokan Galery keuangan inilah biasanya anak-anak Forkem pada keleleran (bahasa lainnya kongkow-kongkow atau selonjoran), menunggu narasumber atau mengetik berita.

Jika tidak di gedung tua, anak-anak pergi ke gedung Setan, yang tepat berada di seberang jalan. Gedung Setan adalah plesetan dari gedung C. Gedung C adalah gedung Juanda I Kementrian Keuangan, tempat Sri Mulyani berkantor. Awalnya aku heran juga, kenapa dibilang gedung Setan ya? Padahal gedung ini dari luarnya saja sudah sangat modern. Didominasi warna biru tua khas warna logo Kemenkeu. Aku menduga, jangan-jangan dipanggil gedung setan karena ada lambang mata angin (yang gak jelas entah itu mata angin atau apa) yang berada ditengah-tengah gedung dengan 20 lantai ini. Atau jangan-jangan, dipanggil gedung Setan, (karena) sejak kasus Gayus Tambunan mencuat.
‘’Nggak-nggak, itu disebut gedung Setan karena plesetan saja. Karena Gedung itu namanya Gedung C diantara bangunan lainnya di lingkungan Kementrian Keuangan,’’. Kata-kata teman Forkem ini cukup menenangkanku. Karena aku termasuk anti dengan kata-kata Setan. Seram aja membayangkan kalau bertemu setan beneran.

Di gedung ini, sama dengan gedung perkantoran Menteri lainnya, selalu dimulai dengan penjagaan ketat melewati pintu metal detector. Tapi sejak tiap hari wara wiri, satpamnya tinggal beri senyuman saja, aku sudah diizinkan lewat. Di pojok kanan lantai utama gedung setan, ada ruangan berukuran sekitar 10X5 meter. Ber-AC, lantai keramik mulus, ada televisi layar datar 29 inc, ada playstation, ada komputer layar datar 6 PC, meja panjang dengan kursi empuk dan fasilitas Wifi. Nyaman sekaleeeee….

Inilah ruangan Press room Kementrian Keuangan yang menjadi basement anak-anak Forkem. (Baik ya Mami, ngasi ruangan sebagus ini). Diruang inilah biasanya anak-anak Forkem menunggu konfirmasi acara Menkeu dan jajarannya. Kadang-kadang dapat pantulan (sebutan untuk press release yang tinggal diketik dan diatur redaksinya hehehe…).

Dulu aku pernah sedikit menyombongkan diri (nyesal sekarang), bahwa aku seorang wartawan yang gila kerja. Yang sering dikritik keluarga karena sering pulang malam dan tidak mengenal jam tugas. Aku dulu berpikir, aku bisa menghabiskan waktu menunggu narasumber dan memberikan informasi berita yang layak jual kepada pembaca daripada harus santai-santai saja di kantor dengan ruangan AC yang nyaman. Tapi ternyata, begitu sampai di Ibukota, aku ternyata bukan siapa-siapa.

Rekan-rekan wartawan yang aku kenal (khususnya anak-anak Forkem), lebih gila lagi dari kegilaanku. Panas terik plus macet, hujan lebat plus angin kencang, dari siang hingga tengah malam saat rapat dengar pendapat di DPR, atau narasumber yang rapatnya bisa membuat uban tumbuh, namun rekan-rekan Forkem tetap setia menunggu berita plus narasumbernya.

Pernah suatu ketika, aku sudah tak sanggup lagi untuk pindah ke lokasi acara lainnya dan berencana untuk pulang saja karena sudah mulai menjelang malam. Saat izin pulang, rekan-rekan dengan santai bilang begini: ‘’Kok Pulang Af, ini kan masih sore?,’’. Duh, malunya jadi wartawan pemalas. (Padahal dulu merasa yang paling rajin. Ternyata diatas langit memang ada langit).

Upsss..sepertinya sekian dulu sekilas tentang gedung Tua dan gedung Setan. Dua gedung yang menjadi kantor-ku selain kantor utama di Graha Pena-Jakarta Selatan. Sepertinya bakal ada berita bagus hari ini. Barusan ada kabar, Mami segera turun dari ruang kerjanya di lantai III gedung Setan, hendak pergi rapat ke Istana Negara (Bisa nyegat dorstop wawancara nih). Trus nanti jam 5 sore akan ada acara di lantai II gedung Setan yang akan di hadiri Mami juga (akhirnyaaaaaa ada beritaaaaa…). AC di ruangan Press room ini benar-benar menghipnotis. Caiyoooooo….keep smile dan tetap semangat. Terimakasih udah betah membacanya ya….kapan-kapan kita sambung lagi ceritanya.

Memory Of SMI-11’March
At Press Room Devil Building

0 komentar: