Rabu, 15 September 2010

ke Bogor naik motor. Not yet around the world...!

Sabtu (22/5), aku bangun agak siang. Maklumlah, ini weekend. I always wanted to have a steady job with steady income and can enjoy a relaxing vacation at the end of the week. I really like it…(hehehe, mimpi kali yeeee). Aku akui, termasuk orang yang gila kerja. Sehingga malam Minggu dan malam Senin bagiku sama saja. Selalu saja ada kerja, dikerjakan dan dikerjai (jangan bayangkan macam-macam ya). Tapi weekend kali ini, aku ingin sedikit menyenangkan diri sendiri dengan memilih nonton bioskop sendirian di 21 Plaza Semanggi.

Akhir-akhir ini, aku memang agak stres dan terbeban pikiran. Karena di Ibukota Jakarta aku hidup sendirian dengan semua kesibukan, sementara tunanganku sibuk pula sendirian mempersiapkan pernikahan kami yang hanya menghitung hari di Pekanbaru (Riau).
I never imagined my wedding to prepare like this. I can not be near people, which I love and my family..(Ah, si Birong teman ku di Jakarta yang lumayan bisa cas cis cus pasti marah-marah dengan English ku yang ngawur ini xixixi..).

Aku nonton film Shrek Forever After yang lucu abizzzzzz….yang membuat aku cekakak cekikik sendirian sambil makan popcorn and softdrink porsi BIG. Nikmat banget meski disisi lain garing abis gak ditemani pasangan. Sementara di sekelilingku pada terlihat kemesraan pengunjung dengan pasangan mereka masing-masing. Ada seorang anak kecil disebelahku umur 10 tahun. Yah, itulah pasanganku. Sementara Bapak dan Ibu si anak tadi, sepertinya asyik kembali ke masa remaja mereka. (Gila tu anak, ku tawari Popcorn sekali, eh malah minta berkali-kali. Mana ortunya cuek lagi dan malah ngasi senyuman doank bukannya ngelarang. Huh..)

Sekitar pukul 14.00 WIB, saat sedang asyik-asyik nonton, Hp ku bunyi and ada nama someone dilayarnya. Setelah berhalo-halo ria via telepon di gedung bioskop, akhirnya (Akhirnyaaaaaaaaa kerja juga kan?!?) aku harus liputan ke Bogor hari itu juga, saat itu juga!. Aku harus bisa mengejar moment berita yang akan mulai pukul 20.00 WIB waktu puncak Cisarua Bogor.

Meski sudah mengunjungi hampir seluruh kota di Pulau Jawa dan berkeliling ke berbagai kota di Indonesia dengan modal nekat (pernah naik kapal laut, sampan kayu, pernah naik helicopter, pernah pakai Hercules sampai pernah numpang truk ngangkut barang gratisan), aku tetap mikir.
Bagaimanapun kalau harus ke Bogor sendirian dengan waktu yang demikian mepet, aku harus itung-itung kemampuan dan pastinya waktu. Karena aku tidak tahu persis jalan dan transportasi legal dari Jakarta ke Bogor dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB dan aku harus ada di Bogor sebelum jam 20.00 WIB.

Birong! Nama itu tiba-tiba berputar di kepalaku. Birong adalah sahabat yang aku temukan (wuiiih, kayak anak buangan ditemukan cuy) waktu aku liputan di kementrian keuangan Jakarta. Waktu dia bilang namanya Birong, aku langsung ingat kucing Garong (Wakaka). Ternyata Birong itu artinya hitam dalam bahasa Batak dan memang dia hitam. Biar dia gak marah, disini aku tulis hitam manis yak.

Dulu waktu pertama ketemu Birong Awalnya aku senang, bisa ketemu sama orang satu Pulau. Suku Batak itukan dari Sumatera Utara dan aku dari Riau, sama-sama dari Sumatera. Tapi ternyata sodara-sodara setanah air dan sebangsa, si Birong ngakunya aja orang Batak, ternyata dia itu malah lahir dan besarnya di Jakarta. Cuma numpang nebeng nama suku Nababan doank. (Sodaraan kali ye sama Nababan-nya RCTI hehehehe).

Nah, karena merase Birong ini anak asli Jakarte, saye pun bertanye same die jalan ke Bogor’e (Duh, repot). Tapi jawaban Birong gak memuaskan. Malah ngaku gak tahu aku harus pakai angkot apa ke Bogor. Eh, bukannya ngasi solusi yang lebih bijak, Birong malah suruh aku naik taksi lewat tol. Gila aja apa naek taksi ke tempat yang aku gak tahu persis. (Duh Birong, aku ini bentar lagi mau nikah, aku juga manis, kalau nanti dilariin sama supir taksi, gimana dunk. Kan repot?? Hehehe).

Aku pun menelpon tunanganku tercinta and I get a Surpraiseeeeee…..’’Kamu naik motor aja sayang. Kamu kan lagi suntuk di Jakarta. Udah naik motor aja gak apa-apa. Kamu kan wanita hebat, kemana-mana aja kamu bisa. Dulu waktu liputan gempa di Padang Pariaman aja naik motor sampai 11 jam kamu bisa sendirian. Asyik lho jalan naik motor ke Bogor, kan gak jauh dari Jakarta. Kamu selama inikan cuma hafal jalan dari Palmerah tempat kos mu ke Jakarta Pusat, tempat kerjamu aja. Udah motornya gak usah diservis, motor Vario barumu itu masih kuat kok. Yang penting kamu yakin fisik badan kamu sehat. Nanti jangan lupa makan dulu, isi bensin motor dan tetap jaga komunikasi ya sayang. Nanti kalau kekurangan uang, saya transfer dari sini. Jangan lupa, kalau nanya jalan sama polisi,’’.

Ya, itulah kata-kata dari tunanganku tercinta yang membuat aku semakin cinta. Dia memang laki-laki pilihan tuhan yang sangat mengerti dengan jiwa petualangan yang aku miliki. Bahkan dia sangat memahami lebih dari pemahamanku tentang dia. Dia adalah orang yang selalu memberikan aku support dalam bekerja bahkan rela menunggu jatah ditelpon ditengah malam buta setelah aku pulang kerja. Duh, mendadak melankonis dan tambah sayang aja. (Lebaaayyy).

Begitulah sodara-sodara, akhirnya berbekal semangat dari tunanganku sayang (lebay gila), aku akhirnya memilih naik motor ke Bogor. Cihuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….Aku berhenti di sebuah minimarket dan belanja minuman, makanan, permen, sandal jepit, penutup muka, minyak angin dan baju kaos. Karena mengingat jadwal liputan yang sudah sangat mendesak, dari Plaza Semanggi aku memutuskan tidak balik ke kos lagi dan langsung ke Bogor saja lewat jalur menuju jalan Raya Jakarta-Bogor.

Baru saja meninggalkan kota Jakarta dari arah Semanggi, Dresssssssssssssssssssss….hujan deras mengguyur. Aku senyum-senyum aja. Asyik, exciting experience in starting..!!! Aku keluarkan jas hujan. Yang aku selamatkan lebih dulu adalah tas ransel coklat kesayanganku. Karena didalamnya adalah harta berharga. Laptop, kartu tanda pengenal, dompet, atm, buku, jadwal kegiatan, daftar wawancara, nomor telepon narasumber, surat cinta (halah)…dan lain-lain. Makanya aku selamatkan dengan sepenuh hati dan jiwa raga biar tidak terkena setetes hujan pun.

Namun sepanjang perjalanan, benar-benar hujan terus (bahkan sampai ke Puncak Bogor). Sepanjang perjalanan, beberapa kali aku bertanya mengenai arah jalan ke Kota Bogor. Jawaban yang sering aku dapat adalah ‘’Lurus aja neng, jangan belok-belok. Pokoknya lurus aja,’’. Karena tak juga sampai-sampai sementara hujan tetap saja mengguyur, aku pun beberapa kali menyempatkan berhenti sejenak dan bertanya lagi dan bertanya lagi dan bertanya lagi. Sama tukang ojek, sama anak sekolah, sama penjual makanan, sama pengendara, sama pengamen di lampu merah, dan terakhir sama polisi.’’ Ooooo, mau ke Hotel Ever Green Puncak, pokoknya Neng luruuuuuuuuuuuuuuuuussssss aja,’’ Duh, jawabannya lurus teruuuuuuuuuuuus.


Seperti hobi ku yang selama ini sering keliling kota-kota di tanah air, adalah melihat kebiasaan masyarakatnya. Begitu juga saat aku sedang naik motor dan memasuki kota Bogor menjelang malam pukul 17.45 WIB (udah mulai gelap). Disana, cowoknya cakep-cakep cuy. Sayang, aku sudah punya lelaki yang lebih cakep (secara udah tunangan dan mau nikah), makanya tak mungkin aku tergoda. Selain itu, aku tertawa cekikikan masih bisa melihat rumah makan yang berjudul ‘’RM Padang Lembah Anai’’. Hihihihi…orang Padang memang penguasa pengusaha makanan dimana-mana. Sekitar pukul 19.30 WIB, aku sampai ke lokasi acara.

Tercatat, sepanjang jalan dari Jakarta ke Bogor naik motor, aku selalu diguyur hujan. Mulai dari hujan ringan, hujan sedang sampai hujan kelewatan! Wajar kiranya Bogor didaulat sebagai salah satu kota dengan curah hujan paling tertinggi di Indonesia. Kata penjual tongseng tempat aku mampir, kalau tidak hujan maka bukan Bogor namanya. Ck.ck.ck.ck.ck…segitunya ya?

Inilah resiko (plus sengsaranya) jadi wartawan. Tuntutan profesi tidak mengenal kata lelah untuk membuat liputan yang baik. Meski badan setengah remuk-remuk rasanya kehujanan hampir 3 jam naik motor dari Jakarta ke Puncak, aku tetap langsung meliput kegiatan yang menjadi tugasku. Serunya lagi cuy, aku harus begadang sampai jam 4 pagi karena jam 2-nya terjadi kericuhan ditempat acara. Ada yang bantingin kursi, bantingin meja dan teriak-teriak mau bakar lokasi acara. Bahkan pertama kali saat rusuh itu, aku lihat ada evakuasi pejabat ala FBI-nya Amerika Serikat didepan mata. Keren euy hehehe….
Akhirnya aku baru tidur menjelang subuh tiba. Duh lelahnyaaaaaa…..

^^^^^^^^^^^_________^^^^^^^^^

‘’Sayang, bangun dong. Mau dibangunin jam berapa?,’’
‘’Sekitar jam 8 Lah ya. Soalnya baru tidur pagi jam 4 lewat’’ (dengan mata masih tertutup)
‘’Lho, ini sudah jam 9 pagi sayang. Bangun dong..’’
‘’What..?!? Jam 9…!!@@#@%^%&^*$’’
Duh, kenapa tunanganku itu baru banguninnya jam segini ya? Biasanyakan dia rajin bangunin sholat Subuh (ck.ck.ck…bukannya berterimakasih. Thanks ya say). Akhirnya aku dengan terburu-buru mandi. Duh sumpah, dingin banget air hotel di puncak Bogor ini. Masa iya, hotel semewah ini gak ada air panasnya. Siwalan!

Abis mandi, aku langsung buka laptop dan ketik berita kerusuhan yang terjadi dini hari tadi. Setelah ngirim berita ke email redaksi, aku langsung berangkat kembali ke lokasi acara. Kegiatan wartawan pun aku jalani lagi masih dengan pakaian dan aksesoris yang sama (karena tak bawa baju ganti) sampai sore pukul 17.00 WIB.

Dan tebaklah sodara-sodara. Baru saja pasang ancang-ancang mau pulang lagi ke Jakarta, tiba-tiba Dreesssssssssssssssssssssss…..hujan lagi! Hujan lagi! Hujan lagi! Duh teganya. Untunglah untuk jalan pulang ini, rekan satu kantor ku mau menemani pulang naik motor. Tentunya dengan seizin tunanganku karena harus boncengan dengan laki-laki lain (duh, repot).’’Ah, gak pa-pa yank, bareng Bang Yudi justru saya merasa kamu lebih aman pulang ke Jakarta. Kan capek kemarin dari Jakarta sendiri’’. Asyikkkkkk…peluang untung selingkuh nih…huahahahahaha…(Calon istri durhaka!)

Diatas motor, sekarang ada teman menyanyi sendiri-sendiri. Dengan Bang Yud, aku pun asyik bercerita tentang pengalaman liputan kami. Dan perjalanan benar-benar tidak terasa dan sesaat sebelum memasuki Jakarta, kami berhenti untuk makan seafood di tepi jalan. Gila enak beneeeeeeerrrrr, abis hujan-hujan makan kerang rebus bumbu padang, makan cumi dibumbu pedas pakai sayur kangkung panas-panas….(TE.O.PE.BE.GE.TE)

Dan sekitar pukul 20.40 WIB malam, aku sampai di depan kos ku di Kemayoran, Jakarta Selatan. Duh, baru terasa lelahnya naik motor ke Bogor. Tapi senyum-senyum sendiri mengingat asyiknya. Ssssttt…sekedar buka kartu, sekarang lagi rencanakan pergi jalan ke LN sama Birong dan Mbak Lili, rekan-rekan di Kemenkeu akhir tahun ini. Tapi si Birong mo izin sama Bapaknya dulu (Duh, anak papi juga ternyata preman satu tu). Calon suamiku yang pengertian itu tadi malam cuma bilang,’’ Ehmmm, masih kepikiran juga ya?,’’ Duh, gak tega rasanya ngasi jawaban. Tapi gimanapun, boleh dong lebih dari sekedar bermimpi. I want around the World…Free! (Hari gini Free, mimpi kaleeee)

Impianku, Vario ku tersayang bisa parkir di depan White House-nya Obama atau Menara Eiffel Paris. Pasti seru…! Xixixixixixi..Nothing imposible. Everything started from a dream, right???

Mei_2010
Dengan suami tercinta...

0 komentar: